Orang ketiga.

Bismillah




Suatu hari seorang guru Sufi pernah ditanya tentang dua keadaan manusia. Pertama, manusia yang rajin sekali ibadahnya, namun sombong, angkuh dan selalu berasa suci. Kedua, manusia yang sangat jarang beribadah, namun akhlaknya begitu mulia, rendah hati, santun, lembut dan cinta akan sesama.


"Maka, apa pandangan guru tentang kedua manusia ini?"


Lalu sang guru Sufi menjawab, 

"Kedua-duanya baik,
boleh jadi suatu saat si ahli ibadah yang sombong menemukan kesedaran tentang akhlaknya yang buruk dan dia bertaubat lalu dia akan menjadi peribadi yang baik, lahir dan batinnya.
Sementara manusia yang jarang beribadah itu, boleh jadi atas asbab kebaikan hatinya, Allah akan menurunkan hidayah lalu dia menjadi ahli ibadah yang juga memiliki kebaikan lahir dan batin." 


Mendengar jawapan guru Sufi itu, orang tersebut bertanya lagi,

"Lalu siapa yang tidak baik kalau begitu?"

Lantas sang guru Sufi menjawab,

"Yang tidak baik adalah kita, orang ketiga yang selalu mampu menilai orang lain, namun lalai dari menilai diri sendiri." 




Setiap manusia itu diciptakan umpama lautan, kita hanya mampu melihat pada permukaan, sedangkan hakikatnya manusia itu sentiasa lebih daripada apa yang kita lihat pada pandangan zahirnya, yang semestinya terbatas dari pengetahuan kita. Pesan seseorang kepada saya dahulu, serendah-rendah ukhuwwah adalah bersangka baik terhadap yang lain walaupun pada orang yang mungkin kita kurang senang dengan mereka. Seandainya tidak mampu untuk bersangka baik, tinggalkanlah perkara yang bukan menjadi urusan kita, tinggalkan segala prasangka, maka itu lebih baik. 


---
“The heart of man is very much like the sea, it has its storms, it has its tides and in its depths it has its pearls too”

Comments