Dan tenang-tenanglah selalu.


Bismillah


Dalam kuliah bersama Sidi Rohimuddin ketika membicarakan kitab Kompilasi Makrifah dan Cinta, Sidi pernah  menerangkan perihal orang-orang yang ditarbiyah. Kata Sidi, walaupun tarbiyah membawa makna `mendidik`, ia bukan hanya berfokus kepada orang-orang yang belajar kitab, menuntut ilmu atau proses belajar dan mengajar semata-mata. Tetapi tarbiyah itu sebenarnya adalah segala ujian yang Allah berikan dalam kehidupan manusia.

Menyedari bahawa hidup di dunia adalah medan ujian buat seluruh manusia, maka disinilah pertarbiyahan kita. Ya, melalui ujian-ujian kehidupan. Maka tidak seharusnya dan tidak layak bagi kita untuk melabel dan membeza-bezakan orang yang ditarbiyah dan tidak ditarbiyah hanya melalui medan ilmu atau usrah semata-mata kerana setiap orang itu memiliki ujian hidup masing-masing. 

Maka, jangan dihairankan jika suatu hari nanti, Allah mempertemukan kita dengan orang-orang yang mungkin biasa-biasa di mata kita, namun tatkala berbicara dengan mereka jelas membuatkan kita lebih merasai akan dekatnya hati mereka denganNya melebihi orang-orang yang melalui jalan-jalan tarbiyah, usrah dan mungkin yang hebat berbicara tentang agama. Mungkin ujian hidup yang mendidik mereka seperti itu. Ujian yang merupakan tarbiyah langsung daripada Allah bukan melalui pembelajaran kitab atau murobbi. 

Tambah Sidi lagi, kita akan mengenal  diri kita yang sebenar tatkala kita diuji. Adakah kita jenis orang yang mudah melenting, sabar atau mungkin berputus asa apabila diuji. Ketika itulah kita mengetahui takat mana emosi kita. Emosi dalam bahasa Arab disebut awathif ertinya keadaan jiwa yang berubah-ubah (hal) yang mengikuti perubahan keadaan di luar dirinya. Namun baik buruknya HAL ini tergantung karakter mana yang dominan dalam diri kita, jika rohani maka emosi menjadi mulia, namun jika nafsu maka emosinya menjadi buruk.

Mengaitkan semua ini dengan ujian-ujian yang datang dalam kehidupan kita pada masa lalu, hari ini bahkan hari-hari yang mendatang membuatkan kita sedar untuk tidak memandang segala ujian yang hadir sebagai sesuatu yang negatif, musibah atau bala daripada Allah. Hakikatnya, inilah proses pelajaran, tarbiyah langsung daripada Allah yang akan mendidik kita lebih matang dalam menjalani kehidupan. Tugas kita adalah untuk memperkuatkan hubungan rohani, mendidik emosi hingga datanglah segala ujian apa pun, hati kita tetap merasai manisnya kehidupan walau dalam kepahitan. Mendidik diri  untuk melihat keindahan dibalik setiap ujian dan musibah kerana itulah pintu paling dekat untuk kita lebih mengenal Pencipta.



“Allah memberi kamu kelapangan supaya kamu tidak selalu dalam kesempitan. Allah memberi kesempitan kepada mu supaya kamu tidak hanyut sewaktu kelapangan. Allah melepaskan kamu daripada kedua-duanya supaya kamu tidak bergantung diri kecuali kepada Allah semata-mata.”  
- Syeikh Ahmad Athaillah.


---
Allah, kau lapangkanlah dada-dada mereka yang diuji. #prayforPantaiTimur.

Comments